Rabu, 18 Desember 2013

Pengaruh Didikan Orang Tua Terhadap Perilaku Anak

1
.      Tipe didikan orang tua terhadap anak
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Banyak orang tua melakukan berbagai cara supaya anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan benar. Tetapi tidak sedikit, bahkan sebagian besar orang tua saat ini sibuk dengan pekerjaan masing – masing, sehingga mereka tidak mencurahkan kasih sayangnya pada anaknya dengan penuh. Setiap oang tua juga mewujudkan kasih syangnya pada anaknya dengan cara yang berbeda – beda. Ada tipe orang tua yang mewujudkan kasih sayangnya dengan memberi hadiah – hadiah pada anaknya, ada yang selalu memberi nasehat – nasehat, dan ada orang tua mewujudkan kasih sayangnya dengan tingkat kedislipinan mereka terhadap anaknya. Berbicara tentang kedisplinan, ada orang tua yang menyalahgunakannya yaitu saat kekerasan terjadi pada saat mendidik anaknya karena korban kemarahan orang tua. Hukuman dalam kedisplinan memang perlu supaya sorang anak akan semakin  disiplin. Artinya dalam kehidupan saat ini orang tua harus mendidik anak dengan tegas bukan dengan kekerasan.  DarAda tipe – tipe didikan orang tua dalam sebuah keluarga, yaitu :
a.      Tipe Otoriter
Tipe otoriter adalah peran orang tua dalam keluarga yaitu sebagai atasan dan anak sebagai bawahan. Sehingga apa yang dikatakan oleh orang tua, sang anak harus mematuhinya. Anak dituntut untuk memetuhi setiap apa yang diinginkan orang tua. Beberapa anak akan mengalami kejenuhan dan ingin keluar dari setiap aturan – aturan yang tuanya buat. Karena peraturan yang mereka buat harus dipatuhi dan tidak boleh dibantah. Sehingga mereka meresa terkekang dan berusaha mencari pelampiasan. Tipe orang tua yang otoriter, biasanya anaknya bersikap baik dalam keluarga, tetapi brutal dalam pergaulan. Karena setiap mereka bisa bebas dalam bergaul, mereka akan melakukan sesuatu sesuka mereka. Kedisplinan memang tercipta, tetapi bukan karena sang anak hormat tetapi mereka takut pada orang tuanya
b.      Tipe Permisif
Ada orang tua yang sangat terlalu sayang pada anaknya, sehingga menuruti segala kemauan anaknya karena tidak mau melihat anaknya bersedih, menangis atau kecewa. Ini lah orang tua dengan tipe permisif. Berkebalikan dengan tipe otoriter, disini orang tua cenderung memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak sehingga seorang keblabasan dan bersikap semaunya. Peran orang tua terlalu lemah sehingga anak tidak menghormati orang tuanya sendiri dan orang tua tidak kuasa melawan anaknya. Seorang anak juga dibebaskan dalam melalukan hal apapun sehingga mereka tidak ada rasa hormat dan rasa takut terhadap orang tuanya. Anak akan bersikap tidak disiplin dan manja karena orang tua selalu membelanya.
c.       Tipe Arsetif
Tipe ini adalah tipe demokrasi dalam keluarga, yaitu setiap pendapat dipertimbangkan. Setiap aturan yang dibuat jelas kaena disertai alasan – alasan yang kuat sehingga anak dibuat mengerti setiap peraturan yang dibuat. Sehingga anak mengerti setiap konsekuensi yang akan diterima ketika ia melanggar aturan dalam keluarganya. Tanpa adanya kekerasan misalnya bentakan, pukulan terhadap anak, anak akan menyadari kesalahannya. Dan kosekuensi yang ada dijalankan secara baik. Sehingga kedisplinan dalam keluarga akan tercipta dengan sendirinya karena kesadaran rasa hormat dari anak atas orang tuanya.

2.      Kesalahan orang tua dalam mendidik anak
Orang tua mengharapkan  setiap anaknya berperilaku sesuai dengan apa yang mereka ajarkan yaitu baik dan benar. Tetapi tanpa orang tua sadari, mereka salah dalam mendidik anaknya. Mereka berpikir apabila mereka sudah benar dan baik dan mendidik anaknya, tetapi kadang sang anak masih melakukan penyimpangan. Itu berarti bahwa didikan yang dilakukan orang tua belum behasil dan kurang tepat untuk anaknya. Kekeliruan seperti inilah yang terkadang terjadi tanpa disadari oleh banyak orangtua, yaitu mendidik anak dengan cara keras. Namun, mendidik anak dengan cara memanjakannya juga tidak baik untuk mental anak, yang dapat berakibat buruk pada masa depannya. Dalam mendidik anak, boleh saja bersikap tegas, namun salah jika orang tua memakai cara keras / kekerasan, atau sebaliknya dengan cara memanjakannya. Agar orang tua tidak keliru saat mendidik anak, orang tua harus tahu mana cara yang benar dan cara yang salah.
a.      Hadiah sebagai simbol penghargaan
Anak yang selalu di beri hadiah akan memiliki sikap yang manja. Memberi hadiah memang tidak salah, namun harus tepat waktu dalam memberikannya. Ada orang tua yang memberi hadiah pada anaknya karen sang anak berhasil mengerjakan sesuatu. Tetapi itu semua salah. Karena ketika anak mengerjakan sesuatu, ia akan berorientasi pada hadiah. Dan jangan terlalu sering mengumbar janji untuk memberikan hadiah kepada anak demi hal-hal kecil dan yang dilakukan sehari-hari. Hal tersebut malah akan membuat karakter anak selalu pamrih dalam setiap tindakan dan usaha yang dilakukannya. Anak menjadi tidak tulus dalam menjalankan perintah anda, namun karena menginginkan hadiah yang anda janjikan. Bahkan anak makin lama akan semakin pintar untuk menawar atau meminta hadiah yang ia inginkan.
b.      Terlalu menuntut
Orang tua pasti menginginkan anaknya supaya mendapat yang terbaik. Namun terkadang orang tua selalu menuntut sang anak untuk melakukan ini itu supaya mendapat yang terbaik. Hal tersebut akan membuat anak akan merasa stres ketika beban yang ia harus lakukan tidak tercapai.
c.       Tidak ada waktu
Biasanya orang tua terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya sehingga ada alasan untuk tidak mengurusi anaknya. Padahal anak memerlukan fungsi afeksi dalam keluarga. Anak ingin disayang oleh orangtuanya. Bahkan anak akan merasa bahagia ketika dalam satu keluarga, orang tua dapat berkumpul bersama – sama anaknya.
d.      Membanding-bandingkan
membandingkan anak mereka dengan orang lain, saudaranya sendiri, atau temannya adalah sesuatu yang membuat sang anak merasa anak tidak layak. Karena sang anak memliki kemampuan yang berbeda satu sama lain. jadi orng tua harus memaklumi dan mengetahui kemampuan masing – masing anaknya tanpa harus membanding – bandingkan.
e.      Berperilaku yang tidak selayaknya di hadapan anak-anak
Anak cenderung untuk meniru perilaku orangtuanya. Seorang anak yang selalu dibentak, atau dimarahi, akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dia sah-sah saja berkomunikasi dengan menggunakan bentakan, omelan, atau kemarahan. Atau, orangtua memang suka berbicara dengan nada keras/tinggi. Biasanya anak-anaknya pun semakin besar meniru kebiasaan cara komunikasi orangtuanya yaitu berbicara dengan nada keras/tinggi. Terlalu marah terhadap perilaku atau kenakalan anak-anak tidak dapat mengontrol emosi sebagai orangtua yang parahnya apabila sampai terjadi kekerasan, misalnya marahnya kita sampai memukul anak-anak. Ini yang salah. Jangan sampai karena marahnya orang tua menghukum anak-anak dengan pukulan. Lebih baik anak-anak dihukum dengan dikunci/dikurung didalam kamar beberapa saat. Biarkan dia menangis sampai tenang. Lalu peluk dia saat ia sudah tenang. pada saat tenang inilah, saat yang paling tepat untuk menasihatinya. Dan memberitahukan apa kesalahannya.

3.      Cara mendidik anak yang baik dan benar
Menjadi orang tua harus tahu cara mendidik anak yang baik dan benar. Agar perilaku atau psikologi anak terbentuk dengan baik. Anak juga bisa membedakan yang baik dan benar. Belajar dengan paksaan atau dengan keiklhasan akan berbeda. Begitu pula dengan didikan yang dipaksakan dan didikan yang dilakukan dengan tulus juga akan berbeda pula dalam anak menangkap setiap didikan yang diajarkan oleh orang tuanya. Berikut ada beberapa cara agar didikan orang tua benar dan baik diterapkan dalam keluarga :
1.      Meluangkan waktu
Terkadang banyak orang tua yng terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperhatikan anaknya. sibuk dalam pekerjaan boleh saja, tetapi jangan lupa meluangkan waktu dengan anaknya sehingga sang anak merasa mendapat perhatian dari orang tuanya. Dan akan merasa dibutuhkan dalam keluarga.
2.      Mengenali anak
Orang tua yangmengenali anaknya akan tahu  perkembangan fisik maupun psikologis anaknya, karena mereka akan peka terhadap perubahan sikap yang tejadi pada anaknya. dengan mengenali anak, orang tua dapat lebih mengontrol perilaku anaknya.
3.      Menerapkan aturan yang logis
Terkadang aturan yang dibuat dalam keluarga hanya dibuat dari pihak orang tua, karena mereka merasa benar, tetapi tidak mempertimbangankan pendapat anak. Dengan menerapkan aturan yang demokratis, logis dan didasari pada alasan – alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka anak akan menerima dan mematuhi aturan dengan rasa hormat.
4.      Melakukan diskusi
Diskusi dalam keluarga atau dapat disebut komunikasi dalam keluarga sangat penting, karena orang tua dan anak akan selalu bercerita sehingga ada keterbukaan dalam keluarga yang mempererat hubungan anak dan orang tua.
5.      Memberi dukungan dan pujian
Cukup memberi pujian sang anak akan merasa bahagia. Tidak perlu dengan hadiah yang akan membuat anak berpikir menuntut karena selalu diberikan hadiah. Dan saat anak  menghadapi masalah cukup diberi dukungan. Tidak perlu dimarahi yang akan membuat mental sang anak semakin menciut, atau dibela yang akan membuat anak tidak takut apa – apa dan tidak mempunyai rasa hormat.

4.      Perilaku anak yang terbentuk
Dengan didikan yang benar oleh orang tua, maka sang anak merasa diperhatikan dalam perkembangan psikologinya anak yang mendapat didikan yang benar akan akan berperilaku patuh pada orang tunya, bertanggung jawab, dapat menghargai orang lain, bersikap sopan santun, berani mengemukakan pendapat. Bersikap dewasa dalam menghadapi masalah, berpikir positif, bersemangat dalam menjalani kehidupan, dan tidak mudah kecewa karena selalu berpikir ada jalan saat ada masalah.

Tetapi anak yang mendapat didikan salah akan berperilaku negatif atau bisa dikatakan perilaku menyimpang. Sang anak biasanya akan sangat sensitif perasaannya seperti mudah kecewa, mudah marah, menarik diri, dan tidak percaya diri.  Perilaku tersebut sangat mempengaruhi keadaan psikologi sang anak atau perkembangan mental sang anak. Mereka sangat beresiko terhadap stres, jika mereka stres berkepanjangan maka tidak menutup kemungkinan sang anak akan lari pada hal-hal negatif seperti merokok atau menggunakan narkoba. Karena dengan mengkonsumsi rokok maupun narkoba mereka merasakan ketenangan  dan kenikmatan tersendiri tanpa memperhatikan kondisi kesehatan tubuh mereka. Mereka yang tidak lari pada rokok maupun narkoba, kemungkinan besar berpengaruh pada perkmbangan mental mereka seperti tidak percaya diri kemudian mereka akan menarik diri dari masyarakat sekitar kemudian sering melamun dan sampai berhalusinasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar