Rabu, 18 Desember 2013

Pengaruh Globalisasi Media Massa Terhadap Hubungan Sosial Masyarakat

1.   Globalisasi media massa.
Globalisasi bermakna universal. Yaitu tidak adanya batasan wilayah seseorang dalam berinteraksi. Antar individu akan saling mempengaruhi satu sama lain yang berbeda wilayah dalam memberikan informasi secara luas melalui media massa. Gobalisasi terbentuk karena adanya kemajuan di bidang komunikasi. Sehingga globalisasi dapat diartikan juga sebagai hilangnya batasan seseorang dalam memperoleh informasi meskipun di wilayah yang berbeda.  ”Globalisasi terjadi karena faktor nilai budaya luar seperti selalu meingkatkan pengetahuan,  keterbukaan, rasionalisasi, kemampuan memprediksi, keberanian bersaing, efisiensi dan lain – lain”.[1] Globalisasi berpengaruh dalam semua aspek kehidupan di masyarakat. Ada masyarakat yang menirimanya dan ada juga yang sulit untuk menerimanya.
Media massa merupakan penunjang dalam penyebaran globalisasi dalam pembentukan opini publik. Semua individu di dunia dapat disatukan dengan media massa yang berkembang pesat dalam globalisasi ini. Jadi Globalisasi dan media massa saling mempengaruhi satu sama lain sehingga memiliki hubungan yang erat dalam konteks penyebaran informasinya.
Dalam realitasnya khususnya masyarakat indonesia sendiri mengalami banyak serbuan dari berbagai produk media massa yang sampai karena globalisasi itu sendiri. Banyak media cetak dan media elektronik yang menyebarluaskan informasi dengan mudah seperti dalam bukunya, nurudin mengatakan ciri – ciri media massa yaitu komunikator dalam komunikasi  massa atau media massa tidak hanya satu orang melainkan banyak orang yang bersifat heterogen juga. Pesannya bersifat umum dan menimbulkan kesempakan pada komunikatornya. Juga mengandalkan peralatan teknis media massa dan dikontrol oleh gatekeeper.[2] Bahkan hari wiryawan pun menambahkan bahwa media massa mencakup bebagai macam aspek kehidupan dalam masyarakat.[3]
Kebebasan pers dalam era reformasi juga merupakan salah satu faktor globalisasi berpengaruh cepat di Indonesia ini. Karena pers sangat merasakan kebebasan yang menguntungkan pihak pers sendiri dalam menyebarkan informasi. Jadi Globalisasi media massa itu berarti media massa yang mendunia dilihat dari menyebaran informasi yang terkandung dalam pesan media massa sehingga adanya media massa globalisasi semakin mencakup dunia.

2.   Pengaruh Globalisasi media massa pada hubungan sosial di masyarakat.
Di era globalisasi ini media massa sangat mudah dalam mempengaruhi hubungan sosial masyarakat. Hanya dengan media massa membawa pesan atau informasi pada media massa itu baik media cetak ataupun elektronik. Masyarakat indonesia khususnya sangat tertarik dengan adanya informasi yang baru yang membawa pengetahuan khususnya.
Media massa sendiri sangat erat hubungannya dengan masyarakat dalam bukunya teori komunikasi massa Morisan  mengungkapkan bahwa media merupakan lembaga sosial yang terpisah, namun berada dalam masyarakat. Media memiliki aturan – aturan dan tindakannya sendiri, namin media massa harus memiliki definisi atau batasan (ruang lingkup) yang jelas terhadap masyarakat yang lebih luas. Media massa bergantung pada masyarakat, walaupun lembaga ini memiliki kedudukan independen.[4]
Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru dari seluruh penjuru dunia. Contohnya, saat ini wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Negara Barat yang dalam berbusana cenderung minim. Sedangkan masyarakat Indonesia pada umumnya  memiliki etika dalam hal berpakaian. Itulah bagaimana globalisasi media massa sangat berpengaruh pada hubungan sosial masyarakat.  Yaitu media massa menggunakan teknologi canggih dari efek yang ditimbulkan globalisasi maka media massa menyebarluarkan dengan cepat informasi yang terkandung di dalamnya sehingga ada masyarakat yang menangkap informasinya dengan tanpa disaring sehingga berpengaruh pada hubungan sosial di dalam masyarakat. contohnya seseorang di stasiun yang menunggu keretanya duduk di kursi tunggu lebih sibuk bermain gadgetnya daripada berbincang – bincang dengan orang sebelahnya yang notabene akan memberikan banyak informasi misalnya tentag budayanya atau mungkin bercerita tentang perilaku orang – orang yang ada disekitarnya juga. Walaupun mungkin di dalam gadget itu juga mengandung lebih banyak pengetahuan, tetapi dari segi sosial budaya, mereka yang duduk bersebelahan tidak melakukan interaksi. Mereka tidak melakukan sosialisasi dengan baik. Sepeti dalam gambar dibawah ini menrupakan contoh dari dampak globalisasi media massa yang menjadikan anak kecil saja juga terpengaruh dari asiknya gadget dampak dari globalisasi.

  
 

(gambar 1 dan 2 menunjukan komunikasi yang terjalin pada orang yang ada di dekatnya tidak berjalan dengan baik karena dampak dari globalisasi media massa)

3.   Dampak dari Globalisasi media massa terhadap hubungan sosial masyarakat.
Globalisasi dan media massa memiliki pengaruh maupun peran yang saling mendukung satu sama lain. Pengaruhnya dapat berupa dampak negatif dan positif.
Dari peranan Globalisai media massa akan mendorong masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan dan forum internasional. Dengan demikian menurut Mohammad Shoelhi, komunikasi internasional semakin dirasakan arti pentingnnya dalam pergaulan internasional guna memajukan saling pengertian dan menghilangkan kesenjangan dalam hubungan internasional.[5]
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tak dikenal oleh bangsa Indonesia menjadi kehawatiran besar terasakan benar adanya ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan karena nilai – nilai luhur dalam paham kebangsaan.
          Pengaruh dari positif Globalisasi media massa antara lain :
1.    Pengetahuan semakin mudah didapat
Dari Globalisasi media massa, semua hal yang ada di dunia semakin mudah untuk diakses. Segalanya didapat dengan instan hanya dengan mengahadap layar komputer, hp, maupun tablet, seseorang dapat mendapatkan teman, informasi dapat didapatkan dengan mudah tanpa keluar rumah dengan berbincang dengan orang lain.
2.    Informarsi mudah disebarkan
Globalisasi menjadikan informasi mudah didapat, dengan mudah juga informasi juga  mudah untuk disebarluaskan. Saat kita mendapat informasi, tinggal mempostingkan infomasi tersebut maka seseorang dengan mudah mengakses informasinya. Atau bahkan informasi itu dapat dijual kepada lembaga media massa dan kita sendiri mendapat keuntungan.
Pengaruh negatif dari Globalisasi media massa
1.    Hilangnya rasa sosial pada masyarakat
Dengan adanya keinstanan dalam mendapatkan segala sesuatu dari dampak globalisasi media massa, seseorang akan mengalami juga rasa sosial yang luntur. Yaitu karen seseorang akan malas keluar rumah sehingga tidak ada proses sosialisasi yang terjalin hanya dengan tetangga sendiri saja.
2.    Hilangnya kebudayaan
Hilangnya kebudayaan sangat disayangkan sekali pada dampak globalisasi media dengan adanya globalisasi media seseorang tidak mengindahkan budaya yang ada di masyarakat misalnya saja dalam sebuah kampung misalnya diadakan gotong royong, tetapi banyak warga yang dengan sengaja membayar orang saja untuk mengikuti gotong royong. Padahal dalam acara tersebut tidak hanya bertujuan untuk membersihkan lingkungan atau memperindah lingkungan tetapi juga supaya proses sosialisasi melalui obrolan – obrolan yang terjadi sehingga seseorang dapat bersosialisasi. Contoh kasus lain, budaya bermain anak – anak pada sore hari berkumpul bermain – main bersama juga hilang karena dampak globalisasi media juga yang membuat game anak – anak dengan praktis ada di dalam gadget.



[1] http://kuliahonlinekomunikasi.blogspot.com/2011/09/media-massa-dan-globalisasi.html, dikutip pada 25 Juni 2013, pada pukul 16.15 WIB.
[2] Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta, 2013). hlm. 19
[3] Hari Wiryawan, Dasar-dasar Hukum Media. (Yoyakarta, 2007).  hlm. 44
[4] Morisan dkk, Teori Komunikasi massa, media, budaya dan masyarakat. (Bogor : 2013) hlm 2
[5] http://www.karangasemkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=759:dampak-globalisasi-terhadap-budaya-lokal-dan-prilaku-masyarakat, di kutip pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 18.05 WIB

Fenomena Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.  Perubahan sosial dapat terjadi akibat dari beberapa faktor antara lain faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam misalnya perubahan jumlah penduduk yang menyebabkan munculnya kelas sosial yang baru dan profesi baru, adanya inovasi dari masyarakat yang merasa sadar adanya kekurangan dari kebudayaannya sendiri, adanya konflik akibat dari heterogenitas masyarakat, stuktur masyarakat yang tidak siap pada perubahan sehingga terjadi pemberontakan, adanya ideologi atau tujuan bersama masyarakat untuk mengadakan perubahan. Dan faktor dari luar misalnya lingkungan fisik alam sekitar manusia, adanya peperangan yang dapat menyebabkan perubahan soial terjadi pada individu, lembaga masyarakat atau struktur masyarakat, dan adanya pengaruh kebudayaan lain yang masuk ke dalam kebudayaan sendiri.
Melihat dari pemaparan diatas kita dapat melihat disekililing kita bahwa ada beberapa hal yang sudah mulai berubah. Sistem dalam kemasyarakatan dari sebelum-sebelumnya sudah mulai berubah. Pengaruh budaya – budaya dari luar sangat berpengaruh atas perubahan masyarakat tersebut. Ada baiknya perubahan itu terjadi, tetapi sangat disayangkan ketika perubahan tersebut menuju ke arah yang negatif.
            Jika kita lihat disekeliling kita saja, budaya instan sudah meraja lela di kehidupan sekarang ini. banyak orang sudah tidak mengenal tradisi lagi. Misalnya saya sendiri sebagai orang jawa sudah tidak mengenal tradisi-tradisi orang jawa dalam pernikahan, kelahiran seseorang maupun kematian seseorang. Mendengar cerita dari para orang-orang tua seperti kakak dan nenenk saya sendiri, pada jaman dahulu tradisi sangat kental sekali. Pada satu acara orang meninggal saja mesti ada acara ini itu sedemikian rupa, sangat menyita waktu, tenaga dan biaya. Tidak hanya itu saja, saat sekarang ini saja saya sangat merasakan perubahan yang terjadi pada masyarakat.

Saya mengamati tradisi yang terjadi pada lingkungan saya. Akhir – akhir ini keluarga saya sering mengadakan pertemuan keluarga besar untuk mengadakan 1000 harian memperngati kematian eyang saya. Bude – pakde dan om – tante berkumpul bersama untuk membicarakan tentang acara dalam memperingati 1000 harian eyang saya. Dari pembicaraan tersebut saya menangkap hal –hal yang memang sudah merubah adanya tradisi. Terutama pada hal masak memasak. Pada jaman dulu memperingati 1000 harian itu, seseorang memperingati dengan hal – hal atau tradisi yang berlebihan dengan cara mengadakan semacam hajatan. Mengadakan sesuatu yang orang – orang jawa mengatakan itu ‘rewangan’. Rewangan itu semacam masak – memasak untuk diadakannya ‘ater-ater’ yaitu mengirimi serangkai makanan kepada orang – orang sekitar maupun keluarga – keluarga lainnya. Serangkaian makanan tersebut tidak hanya berisi satu macam makanan tetapi berbagai macam makanan misalnya nasi, lauk dan lalapan, makanan – makanan ringan semacam bungkusan pisang maupun makanan tradisonal lainnya. Orang – orang yang datang pada rewangan itu adalah ibu – ibu untuk memasak yang akan digunakan untuk ater – ater tersebut. Sehingga ibu – ibu tersebut meniggalkan anak – anak dan suaminya dirumah. Dengan begitu tidak ada yang memasakan anak dan suami dirumah sehingga pemilik hajatan tersebut harus mengirim juga orang – orang yang ada dirumah karena ibu – ibu sedang merewang pada hajatan tersebut. Pemilik hajatan juga harus memberi makan yang merewang. Dan rewangan berlangsung paling tidak tiga hari sebelumnya, setelah itu pada malam terakhirnya diadakan acara semacam syukuran. Dengan begitu banyak sekali biaya yang dikeluarkan sekalinya mengadakan hajatan.
            Lagi – lagi karena adanya perubahan sosial yang terjadi, dari perkumpulan keluarga saya yang terjadi menjadikan semua serba instan. Meskipun masih tetap mengadakan hajatan sebagai tradisi tetapi dalam bincang – bicang keluarga saya, sudah banyak nilai –nilai budaya yang tergeser diantaranya tidak akan mengadakan rewangan. Tetapi memilih untuk memesan makanan pada jasa katering untuk menyuguhi pada acara malamnya itu, dan masih diadakan ater – ater supaya tidak dikatan saru tetapi hanya dibelikan satu macam makanan seperti roti satu dos saja. Dan itu juga memesan. Dengan begitu biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, dan tidak menguras tenaga yang banyak. Jadi memang sudah sangat instan untuk mengadakan sebuah tradisi. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial tersebut diantaranya adalah adanya budaya lain yang masuk seperti budaya instan dari adanya teknologi. Dan juga adanya ideologi atau tujuan bersama dalam merubah sistem budaya dalam masyarakat seperti diadakannya bincang –bincang yang menghasilkan sesuatu yang juga merubah sistem budaya atau tradisi dalam masyarakat.
Setelah berbiacara mengenai perubahan sosial mengenai tradisi dalam masyarakat di lingkungan saya, saya akan memaparkan tentang perubahan sosial juga yang terjadi pada anak – anak jaman saya kecil dan anak – anak pada jaman sekarang ini. Pada saat usia saya masih kecil, saya selalu bermain dengan teman-teman sebaya saya pada saat sore hari. Kami selalu berkumpul bersama disuatu tempat untuk bermain bersama. Terutama pada saat bulan sedang terang-terangnya atau kita biasanya menyebutnya dengan padang bulan, kita bisa bermain sampai larut malam. Jika tidak sedang padang bulan, kita harus pulang karena orang tua jaman dulu meyakini kalau sudah malam banyak sekali mitos jika pada saat malam hari terutama anak-anak kecil harus masuk rumah karena banyak makhluk gaib yang berkeliaran. Remaja-remaja putripun juga tidak ketinggalan harus masuk rumah dan belajar dirumah. Tetapi berbanding terbalik dengan keadaan sekarang.

            Saat ini anak – anak jaman sekarang susah sekali ditemui bermain bersama – sama pada saat sore hari hanya sekedar bercengkrama maupun bermain – main yang pada jaman dahulu dijadikan sosialisasi pada masyarakat sekitar. Tetapi yang terjadi pada lingkungan saya sendiri anak – anak sekarang tidak bermain bersama – sama lagi tetapi lebih cenderung mengurung diri, bermain play station, bermain komputer dan alat – alat elektronik lainnya. Itu termasuk dampak dari faktor perkembangan teknologi yang sudah mulai mendarah daging dalam kehidupan sekarang ini yang apa-apa serba instan. Faktor yang lain juga adalah adanya budaya yang masuk ke dalam lingkungan sehingga sekarang ini orang tua hanya menyuruh anak – anaknya untuk belajar, belajar dan belajar sehingga ya itulah yang terjadi, anak menjadi memilih teknologi untuk merefresh diri karena lebih instan dari pada harus mengumpulkan teman – teman untuk diajak bermain bersama, selain lama, juga lebih menguras tenaga. Tetapi disisi lain, ada pergeseran nilai budaya yang terjadi yaitu bahwa bermainn yang dijadikan alat sebagai seseorang bersosialisasi sudah tidak ada. Selain itu juga berakibat pada kesehatan. Ketika kita bermain – main secara otomatis kita juga akan mengeluarkan tenaga dan tubuh kita bergerak seperti berolah raga. Berbeda dengan sekarang yang anak – anak hanya disuguhi permainan game yang hanya duduk, tidak bergerak sehingga kurang adanya kesehatan.

Filsafat Gamelan

A.     Filosofi gamelan
Gamelan adalah seperangkat alat musik atau instrumen yang sering disebut dengan karawitan. Musik gamelan adalah musik asli dari Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang juga menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan dalam bentuk instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar. dengan demikian gamelan tidak berdiri sendiri seperti alat musik lainnya, misalnya drum, gitar, piano. Alat-alat musik tersebut dapat dimainkan secara sendiri-sendiri sehingga menghasilkan nada dan dan dapat dinikmati. Berbeda dengan gamelan, ketika dimainkan harus ada sekelompok orang yang memainkannya. Dalam memainkan gemelan pun, sekelompok orang tersebut tidak memainkan sendiri-sendiri secara terpisah, namun dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai  filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelan merupakan keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Irama yang khas yang dihasilkan merupakan perpaduan jenis suara dari masing-masing unit peralatan gamelan. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri, buktinya bahwa dunia pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga bagi pendidikan.
Filosofi gamelan dapat dijelaskan dalam banyak persepsi. Salah satunya dalam tubuh manusia terdapat irama yang harmonis dari detak jantung, tarikan nafas, aliran darah yang memiliki keteraturan yang membentuk musik. Seperti halnya alam semesta yang juga memiliki irama. Sebagian orang jawa khususnya, nada yang keluar dari gamelan merupakan nada yang dijadikan alat untuk pemujaan dan perenungan spiritual. Nada – nada dalam musik gamelan dinilai bukan sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa,  spirit kehidupan, musik Sang Maha Pencipta, bahasa pertama yang menjadi asal muasal kehidupan. Sebagai media dan bentuk komunikasi universal, nada-nada musik melewati bahasa verbal, diterima indera pendengaran, diteruskan ke hati, pusat rasa.
B.      Ontologi filosofi gamelan
Dalam ilmu filsafat, obyek yang dikaji atau yang disbut dengan landasan ontologi disini adalah Gamelan yang terbentuk dari aspek filosofi yang didapat dari masyarakat jawa itu sendiri. Misalnya dalam bunyinya Neng, nung ning gung bukan sekedar bunyi bunyian yang keluar dari seperangkat  alat musik  yang  di tabuh, melainkan suatu harmoni yang timbul dari keberagaman alat yang bermacam macam, dan jika alat tersebut  dimainkan satu persatu  tidak menjadi seindah kalau dimainkan   bersama. Itulah  yang disebut  gamelan. Dan jika di otak atik secara filosofi bunyi bunyi tersebut mengandung arti yang mendalam
Dari sisi agamis, orang kristiani mengartikan bunyi gamelan sebagai berikut :
1.      Neng : Artinya  meneng ( diam) menghentikan segala  kegiatan fisik
2.      Nung : Merenung, introspeksi diri
3.      Ning : hening, pasrah  terhadap tuhan
4.      Gung : menuju keagungan  kepada sang pencipta.
Dan masih banyak filosofi yang baik yang dapat kita ambil. Tergantung dari pribadi orang yang menyikapi dan memandangnya. Sedangkan dari sisi agama islam mengartikan bunyi gamelan seperti berikut :

1.      Nang yang berarti menang.

2.      Ning yang berarti wening atau berfikir.

3.      Nung dari kata ndhunung yang berarti berdo’a.

4.      Neng atau meneng yang berari diam.

5.      Nong  yang berarti Tuhan.

Dalam namanya juga  dapat difilosofikan sebagai G (gusti), A (alloh), M (maringi), E (emut-ingat), L (lakonono), A (ajaran), N (nabi).


C.      Epistemologi filosofi gamelan
Dalam epistemologi atau cara dalam memperoleh ilmu, disini ilmu dalam filosofi gamelan adalah melalui sejarahnya. Dimana pada awalnya gamelan ditemukan sebagai hiburan dengan musik dan pengungkapan bahasa verbal terhadap lingkungan dan orang – orang disekitarnya. Kemudian berkembang dengan nada – nada yang dinilai semakin menjurus ke dalam hal mistis sehingga dijadikan sebagai pemujaan terhadap roh – roh. Kemudian mulai muncul anggapan dari masyarakat jawa terhadap nada dan seperangkat alat dalam gamelan itu sendiri. Sebagai media pembelajaran dengan mengambil setiap sisi dan komposisi yang ada di dalam gamelan itu sehingga mnciptakan sebuah filsafat yang menerangkan tentang apa yang ada di dlam gamelan itu dari segala sisi yang ada di gamelan itu.
Seperti halnya setiap instrumen dalam gamelan memiliki fungsi masing – masing yang kemudian dikait – kaitkan dalam suatu organisasi bahkan dapat diinterpretasikan ke dalam bagian – bagian dalam tubuh kita yang juga setiap bagiannya memiliki fungsi masing – masing sehingga filosofi dalam gamelan itu sendiri dapat menjadi metode pembelajaran atau dasar pendidikan pada manusia. Dan menjadi suatu ilmu baru yang memiliki landasan teori dalam mempelajarinya.
D.     Aksiologi filosofi gamelan
Dilihat dari sisi aksiologinya, manfaat dan nilai yang ada di filosofi gamelan ada banyak yang bisa dipetik bila kita meggunakan gamelan, diantaranya adalah:
1.      Permainan musik terutama dalam gamelan dapat mengendalikan emosi dengan keselarasannya.
2.      Dapat menstimulus otak, karena ketika bermain gamelan maka tingkat kesadaran akan meningkat.
3.      Belajar bekerja sama dengan tidak mendahulukan nada yang satu dengan nada yang lain.
4.      Menumbuhkan rasa empati dan toleransi.
5.      Menumbuhkan sikap pengendalian diri dan emosi, karena dalam bermain gamelan dibutuhkan proses keharmonisan yang tidak sebentar.
Gamelan dapat menjadi alat terapi untuk menuntun manusia kembali ke kehidupan yang harmonis. Tidak hanya dipandang sebagai sekedar alat musik, gamelan memiliki filosofi yang mengedepankan harmonisasi dan mengandung nilai-nilai kemanusiaan mengenai kebersamaan, kesabaran, dan sopan santun. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi metode penyembuhan bagi manusia untuk belajar menjalani kehidupan yang harmonis. Semangat dari musik gamelan bisa dirangkum dalam satu kata “persatuan”. Hal ini karena musik gamelan dihasilkan oleh banyak pemain yang bermain serempak. Dibutuhkan saling pengertian di antara musisi yang terlibat untuk menyamakan usaha mereka dalam menghasilkan musik dengan irama yang menghipnotis. Karenanya, jenis musik gamelan sering diasosiasikan dengan jiwa yang harmonis.
Filosofi gamelan juga dikaji oleh agama yang memiliki cara pandang dari agamanya masing – masing misalnya dari agama islam dan kristiani yang memandang filosofi gamelan dengan sudut pandang mereka sendiri.
1.       Filosofi Gamelan dalam kajian islam
musik gamelan diciptakan memang untuk membuat keselarasan hidup manusia. Pirantinya dibuat dengan menggunakan filosofi yang sangat tinggi penuh makna dan pesan bagi manusia untuk selalu ingat kepada Sang Pencipta , Allah SWT. Bahwa kita hidup di dunia ini harus selalu ingat akan sang Pencipta dalam setiap pikir, gerak dan langkah kita. Berikut beberapa makna filosofi dari alat gamelan itu.
a.       Kedhang:  berasal dari kata kendhali dan padang. Yang artinya adalah keinginan harus dikendalikan dengan pikiran dan hati yang bersih. Setiap kita mempunyai keinginan lakukanlah dengan pikiran yang jernih, penuh kepositifan. Dimbangi dengan hati yang bersih, dengan tujuan bahwa keinginan ini akan membawa kebaikan bagi orang banyak.
b.      Gong : yang berarti agung / besar. Mengandung makna bahwa Allah itu maha besar. segala sesuatu bisa terjadi bila ada ijin dari Allah. Kejadian-kejadian itu adalah untuk mengingatkan kita akan Kebesaran Kuasa Allah
c.       Bonang :    dari kata babon dan menang. Yang mengandung arti bahwa kemangan sejati adalah melawan hawa nafsu pada diri kita. Kendalikanlah diri kita, jangan mudah terpancing dan gampang menuruti hawa nafsu. Karena sejatinya pemenang adalah orang yang mampu mengontrol hawa nafsu.
d.      Panembung       : yang berarti meminta. Bahwa bila kita menginginkan / meminta sesuatu hanya kepada Allah. Mintalah hanya kepadaNya. Jangan pernah meminta sesuatu selain kepada Allah. Jangan pernah menyekutukanNya
e.      Penerus : artinya adalah anak keturunan. Ini mengandung makna bahwa ajaran dan dakwah Islam wajib diteruskan oleh keturunan kita.
f.        Saron : artinya adalah seru atau keras. Segala usaha dalam dakwah dalam islam harus dilakukan dengan kerja keras dan pantang putus asa
g.       Gambang : artinya adalah gamblang atau jelas. Mengandung makna bahwa dakwah yang biberikan harus jelas, sehingga maksud dan pesannya tersampaikan dengan sangat jelas, gamblang dan bisa dimengerti. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi akan kesalahpahaman dalam peneriamaannya.
h.      Suling   : berasal dari kata nafsu dan eling. Artinya adalah kita harus selalu ingat ( eling ) kepada Allah untuk mengendalikan nafsu kita.

2.       Filosofi gamelan dalam kajian kristiani.
Gereja hakekatnya seperti seperangkat gamelan, jika dalam satu perangkat gamelan itu satu atau dua alat saja yang mendominasi, apakah menjadi gending (lagu) yang indah. Maka diperluakan suatu kekompakan  dan kebersamaan  dalam memainkan gamelan  sehingga terjadi harmoni yang membangun sebuah Lagu (gending). Gereja sebenarnya dapat mengambil filosofi gamelan tersebut menjadi dasar dalam membangun  paguyuban umat beriman. Sebuah sakramen  yang menjadi pusat dari  kehidupan iman telah tergambar  jelas dalam   Neng, nung, ning, gung. Iman bukanlah milik pastor saja, melainkan milik bersama yang harus dihidupi bersama pula oleh segenap umat.

Selain untuk mengangkat nilai kebudayaan masyarakat, supaya umat juga meresapi filosofi dari gamelan itu sendiri. Dengan harapan gamelan tersebut dapat  menjadi warisan bagi anak-cucu kita ke depan, baik warisan secara fisik maupun warisan filosofi yang dapat tetap di pegang dan menjadi dasar untuk generasi-generasi selanjutnya. Sebagaimana gamelan, hendaknya umat bersama-sama dan kompak untuk membangun Gereja dengan harmonis,seperti gending indah yang dihasilkan gamelan. Tidak didominasi oleh satu atau dua orang saja, melainkan seluruh umat harus ikut ambil bagian dalam paguyuban orang beriman ini. 

Aksi tawuran pelajar dilihat dari dua sisi

AKSI TAWURAN YANG MARAK DI KALANGAN PELAJAR

Aksi tawuran yang terjadi di kalangan pelajar khususnya di daerah ibukota Jakarta saat ini semakin tak terkendali. Seperti kasus yang baru saja terjadi yaitu tawuran antara SMA 6 Jakarta dan SMA 70 Jakarta yang terjadi pada hari senin 24 September 2012 yang menewaskan seorang siswa dari SMA 6 Jakarta, Alawy Yusianto Putra. Banyak tawuran terjadi karena ingin menjadi yang lebih unggul dari yang lain. Manusia memang mempunyai sifat ingin dikenal sebagai seorang yang unggul. Banyak manusia melakukan banyak hal yang menarik perhatian massa untuk supaya dikenal banyak orang. Tetapi cara penyampaian dalam kasus tawuran pelajar ini yang salah. Tatkala mereka ingin bersaing, baiklah mereka bersaing dengan cara yang sehat seperti mengadakan kompetisi-kompetisi seperti di bidang olah raga atau seni. Selain itu mereka juga dapat menyalurkan bakat-bakat yang mereka miliki. Dengan cara itu dapat membuat keunggulan-keunggulan yang mereka miliki dapat dibangggakan. Selain dilihat dari cara seseorang ingin di kenal sebagai orang yang unggul, tawuran pelajar juga dapat disebabkan oleh tradisi tawuran yang sebelumnya dilakukan oleh kakak-kakak kelasnya sehingga banyak pelajar yang tidak rela kehilangan status jagoan dalam tawuran-tawuran pelajar yang sepertinya sudah menjadi kebanggan bagi pelajar-pelajar khususnya di Jakarta. Selain itu tawuran juga terjadi karena ada salah seorang atau kelompok dalam suatu sekolah di lecehkan atau mendapat penganiayaan dari sekolah lainnya sehingga teman sesama satu sekolah tidak terima dan mengadakan tawuran untuk melihat siapa yang lebih unggul.
Banyak kasus tawuran- tawuran pelajar yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya saat ini tidak lepas dari peran orang-orang yang ada di sekitar para pelajar itu. Misalnya peran sekolah yang seharusnya mampu mengadakan peraturan yang tegas terhadap kenakalan para siswa-siswinya. Dan penerapan dalam ketegasan dari pihak sekolah harus diutamakan karena pelajar akan merasa benar - benar taat dalam aturan. Tetapi saat aturan itu tidak ditegaskan dalam penerapanya, pelajar tidak akan taat pada aturan. Misalnya dalam kasus anak seorang pejabat pemerintahan yang terlibat dalam sebuah kasus, karena ingin menyelamatkan nama baik pejabat tersebut, maka anak pejabat tersebut yang seharusnya mendapatkan sanksi dari pihak sekolah, ia terbebas. Maka ia akan dapat mengulangi perbuatan yang sama tanpa rasa takut, itu sebabnya pentingnya ketegasan dalam penerapan aturan sekolah. Sekolah seharusnya juga dapat memberikan pembelajaran-pembelajaran untuk supaya para siswa-siswinya dapat lebih lagi mengetahui setiap dampak, akibat dan apa yang akan terjadi saat tawuran pelajar itu kembali pecah.
Pihak sekolah juga tidak dapat disalahkan sebagai satu-satunya pihak yang seharusnya berperan supaya kasus tawuran tidak terjadi lagi. Banyak pihak yang juga harus berperan dalam menghadapi kasus tawuran tersebut. Misalnya pribadi pelajar, keluarga, pemerintah dan aparat.  Pribadi pelajar dimana harus ada kesadaran dalam diri untuk tidak bertindak anarkis. Mereka harus berfikir lebih nalar jika akan bertindak anarkis. Dan mereka harus menanamkan rasa nassionalisme dalam diri supaya mereka dapat menjaga setiap kebanggaan bangsa atas generasi muda yaitu pelajar yang akan menjadi penerus bangsa ini. Keluarga juga berperan dalam pembentukan karakter untuk supaya seorang pelajar tidak mau terlibat dalam tawuran. Keluarga harus sering mengadakan evaluasi, bisa dilakukan setiap akhir pekan agar setiap keluarga khususnya orang tua dapat mengontrol setiap apa yang terjadi pada anak-anaknya agar tidak terlibat dalam aksi tawuran yang sedang marak saat-saat ini. Pemerintah juga harus bersikap tegas atas setiap pelajar yang terlibat tawuran, pemerintah harus membuat kebijakan dan mengadakan pendidikan berkarakter dari usia dini supaya kenakalan remaja khususnya tawuran di kalangan pelajar dapat teratasi. Sosialisasi-sosialisasi sangat perlu dilakukan untuk mengembangkan sikap berpikir pelajar agar tidak telibat tawuran. Karena dampak tawuran tersebut juga sangat merugikan pelajar-pelajar. Selain kerugian materi, akan ada kerugian dalam hal kejiwaan. Saat ini banyak sekali kasus tawuran yang tak kunjung teratasi juga karena dari faktor aparat khususnya polisi yang hanya diam saja atau tidak bertindak tegas dalam mengatasi tawuran yang ada. Banyak oknum polisi terlambat dalam menengahi atau mengatasi tawuran yang ada. Menghentikan setiap kekersan yang terjadi disekolah juga menjadi salah satu alasan supaya tawuran tidak terjadi. Seperti meniadakan gojlokan – gojlokan yang ada saat MOS (Masa Orientasi Sekolah) karena MOS adalah sebagai acara pengenalan supaya siswa baru mengenal sekolahnya bukan untuk setiap aksi kekerasan yang terjadi saat ini. Senioritas juga dapat menjadi faktor kekerasan yang terjadi dan dapat mengakibatkan tawuran pelajar. Maka dari itu setiap unsur harus seimbang dalam upaya menanggulangi tawuran pelajar yang sedang marak terjadi saat ini, sehingga tawuran pelajar sudah tidak menadi budaya dan menjadi sesuatu yang sisegani setiap pelajar di Indonesia khususnya di Jakarta yang menjadi daerah paling rawan terjadi tawuran pelajar.

DILIHAT DARI PIHAK OPOSISI :
AKSI TAWURAN YANG MARAK DI KALANGAN PELAJAR
Sekarang ini sedang maraknya tawuran di kalangan pelajar yang semakin tak terkendali. Banyak pelajar tak ikut tawuran tetapi ikut menjadi korban. Tawuran antar pelajar di sinyalir terjadi karena adanya adu kekuatan yang banyak dilakukan para pelajar khususnya di daerah Jakarta yang sangat rawan terjadi tawuran pelajar. Banyak sekolah-sekolah di Jakarta terlibat kasus tawuran. Anak – anak bangsa ini semakin rusak moralnya. Mereka tidak berpikir dahulu sebelum bertindak. Mereka hanya mementingkan ego-nya supaya dibilang jagoan. Ada alasan juga kalau mereka melakukan aksi tawuran karena solidaritas, sepertinya mereka tidak megerti arti kata solidaritas itu sendiri, sehingga secara gamblang mereka menelan mentah-mentah kata solidaritas itu. Sehingga mereka pikir dengan tawuran mereka membantu teman. Bahkan rasa kemanusiaan sudah hilang karena mereka tak tanggung-tanggung dalam menganiaya bahkan membunuh.
Sungguh sangat disayangkan pembelajaran di Indonesia sungguh sangat tak berkualitas sehingga tawuran menjadi ajang bergengsi dimana kelompok yang memenangkan tawuran akan menjadi kebanggan. tawuran sangatlah perbuatan yang tidak bermoral. Mereka merusak fasilitas-fasilitas dan jiwa setiap orang yang trauma akibat tawuran itu. Pemerintah harus menegaskan supaya para pelaku tawuran dapat ditindak hukuman yang berat supaya mereka yang terlibat tawuran kapok terhadap apa yang mereka lakukan.
Para pelajar yang banyak terlibat kasus tawuran ini masih berpikir bahwa sekolah yang berani tawuran adalah sebuah kebanggan. Cara berpikir para pelajar saat ini sudah semakin rusak, dikarenakan kurangnya sosialisasi yang tegas dari pihak pemerintah, sekolah dan keluarga. Diamana banyak keluarga khusunya orang tua  yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga lalai mendidik anak-anaknya. Sekolah yang hanya memikirkan bagaimana sekolah tersebut mendapat kebanggan yang melupakan pendidikan untuk membangun karakter para pelajar agar mampu berpikir lebih baik. Dan pemerintah sudah semakin korup dan lupa terhadap generasi-generasinya yang akan meneruskan perjuangannya. Mereka membiarkan hukum di Indonesia lemah, akibatnya para pelajar juga tidak takut atas jeratan hukum yang akan mereka hadapi. Sebenarnya Indonesia mempunyai banyak sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang tetapi semua rusak hanya karena penyampaian emosi yang salah sehingga tawuran hanya merugikan.

DILIHAT DARI PIHAK PENDUKUNG
AKSI TAWURAN YANG MARAK DI KALANGAN PELAJAR
Kasus tawuran saat ini sedang menjadi topik pembicaraan yang hangat. Tawuran itu sendiri adalah pertengkaran yang terjadi atas dua kelompok atau lebih sehingga terjadi aksi anarkisme. Banyak pelajar terlibat tawuran karena banyak faktor. Tawuran bisa juga dijadikan sarana dalam melampiaskan emosi masing-masing pribadi. Mereka kurang mendapat perhatian yang cukup untuk mengungkapkan setiap isi hati emosi jiwa yang menggebu - gebu pada setiap diri pelajar saat ini. Usia – usia pelajar Indonesia adalah memang masuk pada fase dimana mereka memiliki emosi yang belum dapat terkontrol. Mereka masih banyak membutuhkan bimbingan. Jadi peran serta setiap oknum dalam lingkungan mereka sangatlah diperlukan. Seperti perhatian dari keluarga, dimana keluarga bisa jadi tempat mencurahkan setiap apa yang mereka rasakan.
Pemerintah juga harus dapat menjadi penengah dalam setiap kasus tawuran pelajar tidak hanya menyalahkan setiap pelajar – pelajar di Indonesia ini karena mereka sangat membutuhkan bimbingan. Seperti peribahasa sekeras-kerasnya batu jika terkena air setiap hari akan lapuk juga. Sama seperti hati para pelajar yang membatu akibat setiap ketidakpuasan, ktidakadilan yang mereka terima sehingga mereka tau jalan yang baik yang dapat mereka tempuh supaya mereka dapat menyalurkan setiap emosi mereka. Mereka melakukan semua ini semata – mata bukan tanpa alasan tetapi mereka memiliki alasan yaitu mereka ingin diakui keberadaannya, mereka ingin membalas perlakuan ketidakadilan atau penganiayaan yang mereka terima. Sangatlah manusiawi ketika seseorang ingin diakui keberadaannya. Banyak orang berusaha suapaya keberadaannya diakui, begitu juga para pelajar ini yang ingin diakui, hanya saja car penyampaian mereka salah. Itu gunanya oknum – oknum yang berada disekitar mereka harus dapat membimbing dan mengarahkan setiap tingkah laku para pelajar sebagaimana peran pelajar di dunia ini. Pemerintah seharusnya juga bertindak supaya setiap alasan atau permasalahan yang mendasari adanya tawuran itu dapat teratasi.
Pelajar yang terlibat tawuran juga mempunyai alsan untuk saling memberi pelajaran supaya lawan atau musuh kapok dengan apa yang mereka lakukan. dalam kasus ini dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri terjadi karena kurang pengetahuannya bagaimana seseorang harus bersikap dalam mengahadapi setiap permasalahan sehingga keluarga sebagai lingkungan inti dari sosialisasi berperan penuh dalam menanamkan nilai – nilai kebaikan pada setiap anak.
Kurangnya kontrol dari aparat juga dapat dijadikan alasan tawuran pelajar itu terjadi, seharunya aparat senantiasa mengontrol setiap daerah-daerah yang sering dan rawan terjadi tawuran. Dengan begitu tawuran akan menghilang dengan sendirinya karena ketertiban setiap aparat yang melakukan pengawasan-pengawasan.