1
.
Tipe didikan orang tua terhadap anak
Setiap orang tua pasti menginginkan yang
terbaik untuk anaknya. Banyak orang tua melakukan berbagai cara supaya anaknya
tumbuh menjadi pribadi yang baik dan benar. Tetapi tidak sedikit, bahkan
sebagian besar orang tua saat ini sibuk dengan pekerjaan masing – masing,
sehingga mereka tidak mencurahkan kasih sayangnya pada anaknya dengan penuh.
Setiap oang tua juga mewujudkan kasih syangnya pada anaknya dengan cara yang
berbeda – beda. Ada tipe orang tua yang mewujudkan kasih sayangnya dengan
memberi hadiah – hadiah pada anaknya, ada yang selalu memberi nasehat –
nasehat, dan ada orang tua mewujudkan kasih sayangnya dengan tingkat
kedislipinan mereka terhadap anaknya. Berbicara tentang kedisplinan, ada orang
tua yang menyalahgunakannya yaitu saat kekerasan terjadi pada saat mendidik
anaknya karena korban kemarahan orang tua. Hukuman dalam kedisplinan memang
perlu supaya sorang anak akan semakin
disiplin. Artinya dalam kehidupan saat ini orang tua harus mendidik anak
dengan tegas bukan dengan kekerasan. DarAda
tipe – tipe didikan orang tua dalam sebuah keluarga, yaitu :
a. Tipe Otoriter
Tipe
otoriter adalah peran orang tua dalam keluarga yaitu sebagai atasan dan anak
sebagai bawahan. Sehingga apa yang dikatakan oleh orang tua, sang anak harus
mematuhinya. Anak dituntut untuk memetuhi setiap apa yang diinginkan orang tua.
Beberapa anak akan mengalami kejenuhan dan ingin keluar dari setiap aturan –
aturan yang tuanya buat. Karena peraturan yang mereka buat harus dipatuhi dan
tidak boleh dibantah. Sehingga mereka meresa terkekang dan berusaha mencari
pelampiasan. Tipe orang tua yang otoriter, biasanya anaknya bersikap baik dalam
keluarga, tetapi brutal dalam pergaulan. Karena setiap mereka bisa bebas dalam
bergaul, mereka akan melakukan sesuatu sesuka mereka. Kedisplinan memang
tercipta, tetapi bukan karena sang anak hormat tetapi mereka takut pada orang
tuanya
b. Tipe Permisif
Ada
orang tua yang sangat terlalu sayang pada anaknya, sehingga menuruti segala
kemauan anaknya karena tidak mau melihat anaknya bersedih, menangis atau
kecewa. Ini lah orang tua dengan tipe permisif. Berkebalikan dengan tipe
otoriter, disini orang tua cenderung memberi kebebasan yang berlebihan kepada
anak sehingga seorang keblabasan dan bersikap semaunya. Peran orang tua terlalu
lemah sehingga anak tidak menghormati orang tuanya sendiri dan orang tua tidak
kuasa melawan anaknya. Seorang anak juga dibebaskan dalam melalukan hal apapun
sehingga mereka tidak ada rasa hormat dan rasa takut terhadap orang tuanya.
Anak akan bersikap tidak disiplin dan manja karena orang tua selalu membelanya.
c. Tipe Arsetif
Tipe ini
adalah tipe demokrasi dalam keluarga, yaitu setiap pendapat dipertimbangkan.
Setiap aturan yang dibuat jelas kaena disertai alasan – alasan yang kuat
sehingga anak dibuat mengerti setiap peraturan yang dibuat. Sehingga anak
mengerti setiap konsekuensi yang akan diterima ketika ia melanggar aturan dalam
keluarganya. Tanpa adanya kekerasan misalnya bentakan, pukulan terhadap anak,
anak akan menyadari kesalahannya. Dan kosekuensi yang ada dijalankan secara
baik. Sehingga kedisplinan dalam keluarga akan tercipta dengan sendirinya
karena kesadaran rasa hormat dari anak atas orang tuanya.
2.
Kesalahan orang tua dalam mendidik anak
Orang tua mengharapkan setiap anaknya berperilaku sesuai dengan apa
yang mereka ajarkan yaitu baik dan benar. Tetapi tanpa orang tua sadari, mereka
salah dalam mendidik anaknya. Mereka berpikir apabila mereka sudah benar dan
baik dan mendidik anaknya, tetapi kadang sang anak masih melakukan
penyimpangan. Itu berarti bahwa didikan yang dilakukan orang tua belum behasil
dan kurang tepat untuk anaknya. Kekeliruan seperti inilah yang terkadang
terjadi tanpa disadari oleh banyak orangtua, yaitu mendidik anak dengan cara
keras. Namun, mendidik anak dengan cara memanjakannya juga tidak baik untuk
mental anak, yang dapat berakibat buruk pada masa depannya. Dalam mendidik
anak, boleh saja bersikap tegas, namun salah jika orang tua memakai cara keras
/ kekerasan, atau sebaliknya dengan cara memanjakannya. Agar orang tua tidak
keliru saat mendidik anak, orang tua harus tahu mana cara yang benar dan cara
yang salah.
a. Hadiah sebagai simbol penghargaan
Anak
yang selalu di beri hadiah akan memiliki sikap yang manja. Memberi hadiah
memang tidak salah, namun harus tepat waktu dalam memberikannya. Ada orang tua
yang memberi hadiah pada anaknya karen sang anak berhasil mengerjakan sesuatu.
Tetapi itu semua salah. Karena ketika anak mengerjakan sesuatu, ia akan
berorientasi pada hadiah. Dan jangan terlalu sering mengumbar janji untuk memberikan
hadiah kepada anak demi hal-hal kecil dan yang dilakukan sehari-hari. Hal
tersebut malah akan membuat karakter anak selalu pamrih dalam setiap tindakan
dan usaha yang dilakukannya. Anak menjadi tidak tulus dalam menjalankan
perintah anda, namun karena menginginkan hadiah yang anda janjikan. Bahkan anak
makin lama akan semakin pintar untuk menawar atau meminta hadiah yang ia
inginkan.
b. Terlalu menuntut
Orang
tua pasti menginginkan anaknya supaya mendapat yang terbaik. Namun terkadang
orang tua selalu menuntut sang anak untuk melakukan ini itu supaya mendapat
yang terbaik. Hal tersebut akan membuat anak akan merasa stres ketika beban
yang ia harus lakukan tidak tercapai.
c. Tidak ada waktu
Biasanya
orang tua terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya sehingga ada alasan untuk
tidak mengurusi anaknya. Padahal anak memerlukan fungsi afeksi dalam keluarga.
Anak ingin disayang oleh orangtuanya. Bahkan anak akan merasa bahagia ketika
dalam satu keluarga, orang tua dapat berkumpul bersama – sama anaknya.
d. Membanding-bandingkan
membandingkan
anak mereka dengan orang lain, saudaranya sendiri, atau temannya adalah sesuatu
yang membuat sang anak merasa anak tidak layak. Karena sang anak memliki
kemampuan yang berbeda satu sama lain. jadi orng tua harus memaklumi dan
mengetahui kemampuan masing – masing anaknya tanpa harus membanding –
bandingkan.
e. Berperilaku yang tidak selayaknya di hadapan
anak-anak
Anak
cenderung untuk meniru perilaku orangtuanya. Seorang anak yang selalu dibentak,
atau dimarahi, akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dia sah-sah saja
berkomunikasi dengan menggunakan bentakan, omelan, atau kemarahan. Atau,
orangtua memang suka berbicara dengan nada keras/tinggi. Biasanya anak-anaknya
pun semakin besar meniru kebiasaan cara komunikasi orangtuanya yaitu berbicara
dengan nada keras/tinggi. Terlalu marah terhadap perilaku atau kenakalan
anak-anak tidak dapat mengontrol emosi sebagai orangtua yang parahnya apabila sampai
terjadi kekerasan, misalnya marahnya kita sampai memukul anak-anak. Ini yang
salah. Jangan sampai karena marahnya orang tua menghukum anak-anak dengan
pukulan. Lebih baik anak-anak dihukum dengan dikunci/dikurung didalam kamar
beberapa saat. Biarkan dia menangis sampai tenang. Lalu peluk dia saat ia sudah
tenang. pada saat tenang inilah, saat yang paling tepat untuk menasihatinya.
Dan memberitahukan apa kesalahannya.
3.
Cara mendidik anak yang baik dan benar
Menjadi orang tua harus tahu cara mendidik anak
yang baik dan benar. Agar perilaku atau psikologi anak terbentuk dengan baik. Anak
juga bisa membedakan yang baik dan benar. Belajar dengan paksaan atau dengan
keiklhasan akan berbeda. Begitu pula dengan didikan yang dipaksakan dan didikan
yang dilakukan dengan tulus juga akan berbeda pula dalam anak menangkap setiap
didikan yang diajarkan oleh orang tuanya. Berikut ada beberapa cara agar
didikan orang tua benar dan baik diterapkan dalam keluarga :
1. Meluangkan waktu
Terkadang
banyak orang tua yng terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperhatikan
anaknya. sibuk dalam pekerjaan boleh saja, tetapi jangan lupa meluangkan waktu
dengan anaknya sehingga sang anak merasa mendapat perhatian dari orang tuanya.
Dan akan merasa dibutuhkan dalam keluarga.
2. Mengenali anak
Orang
tua yangmengenali anaknya akan tahu
perkembangan fisik maupun psikologis anaknya, karena mereka akan peka
terhadap perubahan sikap yang tejadi pada anaknya. dengan mengenali anak, orang
tua dapat lebih mengontrol perilaku anaknya.
3. Menerapkan aturan yang logis
Terkadang
aturan yang dibuat dalam keluarga hanya dibuat dari pihak orang tua, karena
mereka merasa benar, tetapi tidak mempertimbangankan pendapat anak. Dengan
menerapkan aturan yang demokratis, logis dan didasari pada alasan – alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, maka anak akan menerima dan mematuhi aturan dengan
rasa hormat.
4. Melakukan diskusi
Diskusi
dalam keluarga atau dapat disebut komunikasi dalam keluarga sangat penting,
karena orang tua dan anak akan selalu bercerita sehingga ada keterbukaan dalam
keluarga yang mempererat hubungan anak dan orang tua.
5. Memberi dukungan dan pujian
Cukup
memberi pujian sang anak akan merasa bahagia. Tidak perlu dengan hadiah yang
akan membuat anak berpikir menuntut karena selalu diberikan hadiah. Dan saat
anak menghadapi masalah cukup diberi
dukungan. Tidak perlu dimarahi yang akan membuat mental sang anak semakin
menciut, atau dibela yang akan membuat anak tidak takut apa – apa dan tidak
mempunyai rasa hormat.
4.
Perilaku anak yang terbentuk
Dengan didikan yang benar oleh orang tua, maka
sang anak merasa diperhatikan dalam perkembangan psikologinya anak yang
mendapat didikan yang benar akan akan berperilaku patuh pada orang tunya,
bertanggung jawab, dapat menghargai orang lain, bersikap sopan santun, berani
mengemukakan pendapat. Bersikap dewasa dalam menghadapi masalah, berpikir
positif, bersemangat dalam menjalani kehidupan, dan tidak mudah kecewa karena
selalu berpikir ada jalan saat ada masalah.
Tetapi anak yang mendapat didikan salah akan
berperilaku negatif atau bisa dikatakan perilaku menyimpang. Sang anak biasanya
akan sangat sensitif perasaannya seperti mudah kecewa, mudah marah, menarik
diri, dan tidak percaya diri. Perilaku
tersebut sangat mempengaruhi keadaan psikologi sang anak atau perkembangan
mental sang anak. Mereka sangat beresiko terhadap stres, jika mereka stres
berkepanjangan maka tidak menutup kemungkinan sang anak akan lari pada hal-hal
negatif seperti merokok atau menggunakan narkoba. Karena dengan mengkonsumsi
rokok maupun narkoba mereka merasakan ketenangan dan kenikmatan tersendiri tanpa memperhatikan
kondisi kesehatan tubuh mereka. Mereka yang tidak lari pada rokok maupun
narkoba, kemungkinan besar berpengaruh pada perkmbangan mental mereka seperti
tidak percaya diri kemudian mereka akan menarik diri dari masyarakat sekitar
kemudian sering melamun dan sampai berhalusinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar