A. Filosofi
gamelan
Gamelan
adalah seperangkat alat musik atau instrumen yang sering disebut dengan
karawitan. Musik gamelan adalah musik asli dari Indonesia yang bersistem nada
non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang juga menggunakan sistem
notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan dalam bentuk
instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar. dengan demikian gamelan tidak berdiri sendiri
seperti alat musik lainnya, misalnya drum, gitar, piano. Alat-alat musik
tersebut dapat dimainkan secara sendiri-sendiri sehingga menghasilkan nada dan
dan dapat dinikmati. Berbeda dengan gamelan, ketika dimainkan harus ada
sekelompok orang yang memainkannya. Dalam memainkan gemelan pun, sekelompok
orang tersebut tidak memainkan sendiri-sendiri secara terpisah, namun dalam
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan
demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan
oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam
musik gamelan merupakan keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga
tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar
sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan rebab yang sedang, paduan
seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap
penutup irama. Irama yang khas yang dihasilkan merupakan perpaduan jenis suara
dari masing-masing unit peralatan gamelan. Secara
filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat
Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan
erat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan
mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan
spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri, buktinya bahwa dunia pun
mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi
alat musik barat yang serba besar. Gamelan merupakan alat musik yang luwes,
karena dapat berfungsi juga bagi pendidikan.
Filosofi gamelan dapat dijelaskan dalam banyak persepsi.
Salah satunya dalam tubuh manusia terdapat irama yang harmonis dari detak
jantung, tarikan nafas, aliran darah yang memiliki keteraturan yang membentuk
musik. Seperti halnya alam semesta yang juga memiliki irama. Sebagian orang
jawa khususnya, nada yang keluar dari gamelan merupakan nada yang dijadikan
alat untuk pemujaan dan perenungan spiritual. Nada – nada dalam musik gamelan
dinilai bukan sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa, spirit
kehidupan, musik Sang Maha Pencipta, bahasa pertama yang menjadi asal muasal
kehidupan. Sebagai media dan bentuk komunikasi universal, nada-nada musik
melewati bahasa verbal, diterima indera pendengaran, diteruskan ke hati, pusat
rasa.
B.
Ontologi filosofi gamelan
Dalam ilmu filsafat, obyek yang dikaji atau yang disbut dengan landasan
ontologi disini adalah Gamelan yang terbentuk dari aspek filosofi yang didapat
dari masyarakat jawa itu sendiri. Misalnya dalam bunyinya Neng, nung ning gung bukan
sekedar bunyi bunyian yang keluar dari seperangkat alat musik
yang di tabuh, melainkan suatu harmoni yang timbul dari keberagaman alat
yang bermacam macam, dan jika alat tersebut dimainkan satu persatu
tidak menjadi seindah kalau dimainkan bersama. Itulah yang
disebut gamelan. Dan jika di otak atik secara filosofi bunyi bunyi tersebut
mengandung arti yang mendalam
Dari sisi agamis,
orang kristiani mengartikan bunyi gamelan sebagai berikut :
1.
Neng : Artinya meneng ( diam) menghentikan segala kegiatan fisik
2.
Nung : Merenung, introspeksi diri
3. Ning : hening, pasrah terhadap tuhan
4. Gung : menuju keagungan kepada sang pencipta.
Dan masih banyak filosofi yang
baik yang dapat kita ambil. Tergantung dari pribadi orang yang menyikapi dan
memandangnya. Sedangkan dari sisi agama islam mengartikan bunyi
gamelan seperti berikut :
1. Nang yang berarti menang.
2. Ning yang berarti wening atau berfikir.
3. Nung dari kata ndhunung yang berarti berdo’a.
4. Neng atau meneng yang berari diam.
5. Nong yang
berarti Tuhan.
Dalam namanya juga
dapat difilosofikan sebagai G (gusti), A (alloh), M (maringi), E
(emut-ingat), L (lakonono), A (ajaran), N (nabi).
C. Epistemologi filosofi gamelan
Dalam epistemologi atau cara dalam memperoleh ilmu,
disini ilmu dalam filosofi gamelan adalah melalui sejarahnya. Dimana pada
awalnya gamelan ditemukan sebagai hiburan dengan musik dan pengungkapan bahasa
verbal terhadap lingkungan dan orang – orang disekitarnya. Kemudian berkembang
dengan nada – nada yang dinilai semakin menjurus ke dalam hal mistis sehingga
dijadikan sebagai pemujaan terhadap roh – roh. Kemudian mulai muncul anggapan
dari masyarakat jawa terhadap nada dan seperangkat alat dalam gamelan itu
sendiri. Sebagai media pembelajaran dengan mengambil setiap sisi dan komposisi
yang ada di dalam gamelan itu sehingga mnciptakan sebuah filsafat yang
menerangkan tentang apa yang ada di dlam gamelan itu dari segala sisi yang ada
di gamelan itu.
Seperti halnya setiap instrumen dalam gamelan
memiliki fungsi masing – masing yang kemudian dikait – kaitkan dalam suatu
organisasi bahkan dapat diinterpretasikan ke dalam bagian – bagian dalam tubuh
kita yang juga setiap bagiannya memiliki fungsi masing – masing sehingga
filosofi dalam gamelan itu sendiri dapat menjadi metode pembelajaran atau dasar
pendidikan pada manusia. Dan menjadi suatu ilmu baru yang memiliki landasan
teori dalam mempelajarinya.
D. Aksiologi filosofi gamelan
Dilihat dari sisi aksiologinya, manfaat dan
nilai yang ada di filosofi gamelan ada banyak yang
bisa dipetik bila kita meggunakan gamelan, diantaranya adalah:
1.
Permainan musik terutama
dalam gamelan dapat mengendalikan emosi dengan keselarasannya.
2.
Dapat menstimulus
otak, karena ketika bermain gamelan maka tingkat kesadaran akan meningkat.
3.
Belajar bekerja sama
dengan tidak mendahulukan nada yang satu dengan nada yang lain.
4.
Menumbuhkan rasa
empati dan toleransi.
5.
Menumbuhkan sikap
pengendalian diri dan emosi, karena dalam bermain gamelan dibutuhkan proses
keharmonisan yang tidak sebentar.
Gamelan dapat menjadi alat terapi
untuk menuntun manusia kembali ke kehidupan yang harmonis. Tidak hanya
dipandang sebagai sekedar alat musik, gamelan memiliki filosofi yang
mengedepankan harmonisasi dan mengandung nilai-nilai kemanusiaan mengenai
kebersamaan, kesabaran, dan sopan santun. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi
metode penyembuhan bagi manusia untuk belajar menjalani kehidupan yang
harmonis. Semangat dari musik gamelan bisa dirangkum dalam satu kata
“persatuan”. Hal ini karena musik gamelan dihasilkan oleh banyak pemain yang
bermain serempak. Dibutuhkan saling pengertian di antara musisi yang terlibat
untuk menyamakan usaha mereka dalam menghasilkan musik dengan irama yang
menghipnotis. Karenanya, jenis musik gamelan sering diasosiasikan dengan jiwa
yang harmonis.
Filosofi gamelan juga dikaji oleh
agama yang memiliki cara pandang dari agamanya masing – masing misalnya dari
agama islam dan kristiani yang memandang filosofi gamelan dengan sudut pandang
mereka sendiri.
1.
Filosofi Gamelan dalam kajian islam
musik gamelan diciptakan memang untuk membuat keselarasan hidup
manusia. Pirantinya dibuat dengan menggunakan filosofi yang sangat tinggi penuh
makna dan pesan bagi manusia untuk selalu ingat kepada Sang Pencipta , Allah
SWT. Bahwa kita hidup di dunia ini harus selalu ingat akan sang Pencipta dalam
setiap pikir, gerak dan langkah kita. Berikut beberapa makna filosofi dari alat
gamelan itu.
a.
Kedhang: berasal dari kata kendhali
dan padang. Yang artinya adalah keinginan harus dikendalikan dengan pikiran dan
hati yang bersih. Setiap kita mempunyai keinginan lakukanlah dengan pikiran
yang jernih, penuh kepositifan. Dimbangi dengan hati yang bersih, dengan tujuan
bahwa keinginan ini akan membawa kebaikan bagi orang banyak.
b.
Gong : yang berarti agung / besar. Mengandung makna
bahwa Allah itu maha besar. segala sesuatu bisa terjadi bila ada ijin dari
Allah. Kejadian-kejadian itu adalah untuk mengingatkan kita akan Kebesaran
Kuasa Allah
c.
Bonang : dari kata babon dan menang.
Yang mengandung arti bahwa kemangan sejati adalah melawan hawa nafsu pada diri
kita. Kendalikanlah diri kita, jangan mudah terpancing dan gampang menuruti
hawa nafsu. Karena sejatinya pemenang adalah orang yang mampu mengontrol hawa
nafsu.
d.
Panembung : yang
berarti meminta. Bahwa bila kita menginginkan / meminta sesuatu hanya
kepada Allah. Mintalah hanya kepadaNya. Jangan pernah meminta sesuatu selain
kepada Allah. Jangan pernah menyekutukanNya
e.
Penerus : artinya adalah anak keturunan. Ini
mengandung makna bahwa ajaran dan dakwah Islam wajib diteruskan oleh keturunan
kita.
f.
Saron : artinya adalah seru atau keras.
Segala usaha dalam dakwah dalam islam harus dilakukan dengan kerja keras dan
pantang putus asa
g.
Gambang : artinya adalah gamblang atau jelas.
Mengandung makna bahwa dakwah yang biberikan harus jelas, sehingga maksud dan
pesannya tersampaikan dengan sangat jelas, gamblang dan bisa dimengerti. Hal
ini bertujuan untuk mengantisipasi akan kesalahpahaman dalam peneriamaannya.
h.
Suling : berasal dari kata nafsu dan eling.
Artinya adalah kita harus selalu ingat ( eling ) kepada Allah untuk
mengendalikan nafsu kita.
2.
Filosofi gamelan dalam kajian kristiani.
Gereja hakekatnya seperti seperangkat gamelan, jika dalam satu perangkat gamelan
itu satu atau dua alat saja yang mendominasi, apakah menjadi gending (lagu)
yang indah. Maka diperluakan suatu kekompakan dan kebersamaan dalam
memainkan gamelan sehingga terjadi harmoni yang membangun sebuah Lagu
(gending). Gereja sebenarnya dapat mengambil filosofi gamelan tersebut menjadi dasar
dalam membangun paguyuban umat beriman. Sebuah
sakramen yang menjadi pusat dari kehidupan iman telah tergambar
jelas dalam Neng, nung, ning, gung. Iman bukanlah milik pastor saja,
melainkan milik bersama yang harus dihidupi bersama pula oleh segenap umat.
Selain untuk mengangkat nilai
kebudayaan masyarakat, supaya umat juga meresapi
filosofi dari gamelan itu sendiri. Dengan harapan gamelan tersebut dapat
menjadi warisan bagi anak-cucu kita ke depan, baik warisan secara fisik
maupun warisan filosofi yang dapat tetap di pegang dan menjadi dasar untuk
generasi-generasi selanjutnya. Sebagaimana gamelan, hendaknya
umat bersama-sama dan kompak untuk membangun Gereja dengan harmonis,seperti
gending indah yang dihasilkan gamelan. Tidak didominasi oleh satu atau dua
orang saja, melainkan seluruh umat harus ikut ambil bagian dalam paguyuban
orang beriman ini.
Trimakasih artikelnya
BalasHapusMencerahkan dan mengunggah kebanggaan sbg orang jawa dan indonesia...
BalasHapusboleh minta daftar pustakanya :)
BalasHapusButuh daftar pustaka dri filosofi gmelan itu
BalasHapus